Rabu, 15 Mei 2013

PERADABAN ISLAM DI ANDALUSIA




A.    Pendahuluan.
Saat ini mungkin sebagian orang masih belum menyadari arti penting sebuah negeri Spanyol (Andalusia) bagi Islam dan sebaliknya, arti sebuah Islam bagi negeri Spanyol. Andalusia pernah menorehkan tinta  sejarah dengan aneka macam warna yang amat sulit dilupakan oleh kaum muslim. Berbicara tentag Andalusia akan mendorong imajinasi seseorang , khususnya muslim. Pada abad pertengahan tepatnya pada 711, ketika pasukan Islam berjumlah 12000 orang yang dipimpin oleh Thariq Ibn Ziyad mendarat di Gibraltar, Spanyol, pasukan itu berhasil menancapkan kuku pengaruhnya di negeri yang sebelumnya berada dalam sengketa internal. Itulah awal sejarah Islam di Spanyol.
 Untuk mengenang peristiwa yang pernah terjadi di negeri ini. Untuk lebih terangnya ini dibahas dalam bentuk makalah lalu disajikan dalam bentuk diskusi. Pembahasan ini meliputi: masuknya Islam ke Spanyol, politik pemerintahan, ekonomi dan perdagangan, sosial kemasyarakatan, kesenian, pemikiran dan filsafat dan pemahaman agama. Mudah-mudahan makalah ini dapat memperluas wawasan kita khususnya tentang sejarah Islam.
Penulis  sadar bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan, maka untuk kesempurnaannya penulis sangat mengharapkan kritik saran dari berbagai pihak.

B.     Islam masuk ke Spanyol
Sebelum Islam Masuk ke Spanyol (Andalus) di sana masyarakat mengalami perpecahan di bidang politik, kemunduran di bidang ekonomi dan kepercayaan. Secara politik Andalus terbagi ke dalam beberapa Negara kecil.[1]
Di samping itu, raja Ghothic memaksakan kepercayaannya kepada masyarakat dan orang-orang  Yahudi dipaksa untuk dibabtis menurut agama Kristen. Bagi yang tidak bersedia disiksa dan dibunuh secara kejam. Pada ketika itu rakyatnya tertindas dan hak-hak mereka dirampas. Sementara terjadi konflik antara raja Roderick sebagai penguasa kerajaan Gothic di Spanyol dengan penguasa Toledo, Witiza. Raja Roderick memindahkan ibu kota kerajaannya dari Seville ke Toledo. Pemindahan ini mengakibatkan penguasa kota Toledo, Witiza tersingkir. Kakak dari Witiza, Oppas dan anaknya Achila mengungsi ke Afrika Utara dan bergabung dengan orang-orang Islam di sana. Hal yang sama juga dirasakan oleh pangeran Yulian, penguasa wilayah Septah. Pangeran Yulian lari ke Ceuta Afrika Utara dan bergabung dengan orang-orang Islam.
Orang-orang Spanyol yang terusir tersebut membujuk penguasa Islam di Afrika Utara, Musa bin Nusair supaya mau menaklukkan dan menguasai Spanyol. Bahkan pangeran Yulian bersedia menyediakan kapal untuk menyeberangkan pasukan Islam dari Afrika utara ke Spanyol.[2]
Dalam penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang paling berjasa memimpin pasukan kesana. Mereka adalah Tharif Ibn Malik, Thariq Ibn Ziyad  dan  Musa Ibn Nusair.[3] Musa Ibn Nusair sebagai Gubernur Afrika Utara pada waktu itu mengirim Tharif Ibn Malik sebagai perintis dan mata-mata ke Spanyol. Ia bersama pasukan yang berjumlah lima ratus orang menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa dengan menaiki empat buah kapal. Tharif dalam misinya tidak masuk ke daerah pedalaman, ia dan pasukannya hanya menyusuri pantai. Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapatkan perlawanan yang brarti, sehingga mereka memperoleh kemenangan dan kembali ke Afrika membawa harta rampasan yang banyak.
Pada tanggal 19 Juli 711 M. Musa Ibn Nusair kembali mengirim pasukan yang lebih besar ke Spanyol, pasukan ini dipimpin oleh Thariq Ibn Ziyad. Thariq berlabuh di kaki gunung Gibraltar yang kemudian dinamakan Jabal Thariq. Thariq dipandang sebagai penakluk Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasil perjuangannya lebih nyata. Melihat kemenangan Thariq Musa Ibn Nusair tertarik untuk terjun ke medan perang, maka pada bulan Juni 712 M. ia berangkat  menyberangi Selat tersebut, satu persatu kota yang dilewatinya bisa ditaklukan. Setelah pasukannya bergabung dengan pasukan yang dipimpin oleh Thariq maka Spanyol pun dapat mereka kuasi sepenuhnya, maka Spanyol dijadikan salah satu provinsi. Gubernur yang pertama kali diangkat di Spanyol adalah Abdul Aziz putra Musa Ibn Nusair pada tahun 716 M.

C.    Politik dan Pemerintahan
Islam sebagai kekuatan politik telah memperlihatkan kemampuannya yang luar biasa, sehingga dapat menguasai daerah Spanyol walaupun menghadapi rintangan dan halangan dari orang-orang Kristen dan para penguasa Spanyol.
Semenjak tahun 716 sampai tahun 756, dalam waktu yang pendek (lebih kurang 40 tahun) tidak kurang dari 20 orang Gubernur yang memerintah di Spanyol. Mulai dari Gubernur pertamanya Abdul Aziz Ibn Musa Ibn Nusair sampai Gubernur terakhir Yusuf Ibn Abd. Rahman Al-fihri dari suku Qays. Dari Gubernur terakhir inilah kekuasaan diambil oleh Abd. Rahman Al-Dakhil sebagai permulaan timbulnya dinasti Umaiyah di Andalus.[4] Ini menandakan bahwa stabilitas politik di Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi baik dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elit penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan, yakni antara Barbar asal Afrika utara dan Arab. Di samping itu bangsa Barbar tidak diberi kesempatan untuk menjadi Gubernur di Spanyol, padahal Thariq Ibn Ziyad orang Barbar paling berjasa dalam penaklukan Spanyol. Dalam etnis Arab sendiri terdapat dua golongan yang terus bersaing, yaitu suku Qays (Arab Utara) dan Arab Yaman (Arab Selatan). Di samping itu terdapat perbedaan pandangan antara Khalifah di Damaskus dengan Gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing mereka mengaku  paling berhak menguasai daerah Spanyol. Perbedaan pandangan pilitik ini menyebabkan seringnya terjadi perang saudara. Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang tinggal di daerah pegunungan yang tidak mau tunduk pada pemerintahan Islam. Apabila kekuatan Islam sedang lemah, mereka selalu memberi perlawanan dan memperkuat diri. Gerakan mereka dilindungi oleh orang-orang Perancis. Hal inilah yang menyeabkan terjadinya kontak senjata antara orang Islam dengan orang Prancis. Oleh karena seringnya terjadi konflik internal dan berperang menghadapi musuh dari luar, maka dalam priode ini Islam di Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan[5].
Ketika  Spanyol dalam keadaan tidak tentram datanglah Abd. Rahman Al-Dakhil. Ia adalah  keturunan bani Umaiyah. Abdurrahman Al-Dakhil mendekati pimpinan Al-Bajl bin Bisri dan suku Kalb. Kedua suku ini dimanfaatkannya untuk merebut kekuasaan dari Gubernur Yusuf Ibn Abdurrahman Al-Fihri melalui kontak senjata di Masarah bulan September 756 M. akhirnya ia berhasil mengalahkan Gubernur tersebut, Spanyol dapat dikuasainya dan Cordova dijadikannya sebagai pusat pemerintahannya. Sejak itu Spanyol menjadi dinasti Umaiyah yang bebas dari pemerintahan pusat di Baghdad. Sebelumnya Spanyol tunduk di bawah  kekuasaan dinasti bani Umaiyah di Damaskus dan  sejak  kekalahan bani Umaiyah oleh bani Abbas maka Spanyol tunduk di bawah pemerintahan bani Abbas di Baghdad.[6]  Selama pemerintahan dinasti Umaiyah berkuasa di spanyol telah melalui beberapa priode:

1.      Masa Keamiran (756-912 M)
Pada masa ini Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang Amir (artinya panglima, gubernur atau raja kecil), akan tetapi pemerintahan ini tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam  yang ada di Baghdad yang dipegang oleh Khalifah Abbasiyah. Ada tujuh amir yang memerintah di Spanyol:
1.      Abd. Rahman al-Dakhil (Abd. Rahman I) (138H/756M)
2.      Hisyam I bin Abd. Rahman (172H/788)
3.      Hakam I ibn Hisyam (180H/796)
4.      Abd. RahmanII ibn Hisyam (206H/822)
5.      Muhammad bin Abd. Rahman (238H/852)
6.      Al-Munzir ibn Muhammad (273H/886)
7.      Abdullah bin Muhammad (275-300H/888-912M)

Pada masa ini umat Islam di Spanyol sudah mulai mengalami kemajuan di bidang politik dan peradaban.[7]
2.      Masa Kekhalifahan (912-1013M)
Masa ini berlangsung dari pemerintahan Abd. Rahman III yang bergelar An-Nashir sampai munculnya raja-raja kelompok, yang dikenal dengan sebutan  Muluk al-Thawaif. Pada masa ini Spanyol diperintah oleh penguasa yang bergelar Khalifah. Ini bermula dari berita yang sampai kepada Abd. Rahman III tentang kematian Al-Muktadir Khalifah Abbasiyah yang dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Keadaan ini menunjukkan bahwa pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Maka kesempatan ini digunakan oleh Abdurrahman untuk memakai gelar khalifah, dengan maksud mengembalikan  kehalifahan Bani Umaiyyah yang telah hilang selama 150 tahun lebih. Ada pun khalifah-khalifah yang besar memerintah pada saat itu  ada tiga orang , yakni Abd. Rahman al-Nashir (912-961M), Hakam II (961-976M), dan Hisyam II (976-1009). Walaupun masih ada khalifah yang memerintah sampai tahun 1013, namun kekuasaannya sudah lemah.
Pada masa kekhalifahan  ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan, dapat menyaingi kejayaan daulah Abbasiyah di Bagdad. Kehancuran khilafah bani Umaiyah di Spanyol terjadi pada tahun 1013M, sewaktu dewan mentri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu, Spanyol sudah terpecah ke dalam banyak Negara-negara kecil.[8]

3.      Priode Muluk al-Tawaif (1013-1086)
Pada priode ini Spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Muluk al-Tawaif. Yang terbesar di antara kerajaan tersebut adalah Ibadiyah di Seville. Untuk mempertahankan kekuasan kerajaan-kerajan kecil tidak jarang mereka mintak bantuan kepada orang kristen di bagian Utara untuk menyerang dinasti Islam lainnya. Pada masa ini umat Islam Spanyol kembali mengalami konflik intern. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa Islam di sana, orang-orang Kristen mulai mengambil inisiatif untuk melakukan penaklukan kembali terhadap Spanyol. Akan tetapi perlu dicatat meskipun  system politik sedang tidak stabil, namun  kehidupan di bidang intelektual tetap mengalami perkembamgan. Para sarjanawan dan sastrawan tetap mengembangkan keilmuannya.[9]
4.      Reconquesta (Penaklukan Kembali)
Perpecahan politik yang terjadi di kalangan umat Islam membuat orang Kristen berkeinginan untuk merebut kembali wilayah Spanyol. Memang orang-orang Kristen dari awal kedatangan Islam  kesana sudah  berrmaksud  untuk mengusir umat Islam namun niat mereka belum terlaksana. Sentimen orang-orang Kristen juga diungkapkan dalam bentuk pendirian sejumlah biara Benedictine dan kegiatan perziarahan ke Santiago de Compo Stela. Paus Gregory VII menyerukan untuk melakukan gerakan reconquesta (penaklukan kembali wilayah Spanyol dari umat Islam). Paus menjadikan reconquesta sebagai kewajiban agama bagi umat Kristen dan sebagai sebuah ambisi teritorial raja-raja Spanyol
 Disintegrasi Negara-negara muslim pada abad 11 mengantarkan pada pesatnya ekspansi sejumlah kerajaan Kristen. Dengan semangat untuk mempersatukan kerajaan Castile, Leon dan kerajaan Galicia, pada tahun 1085, Alfonso VI menaklukan Toledo. Ini merupakan awal terjadinya peperangan umat Islam dengan Kristen. Setelah Spanyol jatuh ke dalam kekuasaan umat Islam. Maka orang-orang Kristen pun membanjiri Toledo. Dalam waktu yang tidak lama kerajaan Aragon merebut Huesca (1096), Saragosa (1118M), Tortosa (1148M) dan Lerida (11149). Pada pertengan abad  ke dua belas penaklukan telah melembaga.[10]
5.      Masa Dinasti Murabitun
Murabitun berasal dari kabilah Barbar Lamtuna yang merupakan cabang kabilah terbesar dari suku Sanhajah, keturunan bangsa Arab dari kabilah Himyar yang datang dari Yaman.[11] Mereka tinggal berkelompok-kelompok. Kelompok ini merupakan perkumpulan spiritual keagamaan yang tinggal di kemah-kemah di bagian Barat gurun Sahara. Perkumpulan ini di pimpin oleh Yahya bin Ibrahim. Ketika ia pulang dari Mekkah tahun 1035 M. ia melihat pengamalan agama kaumnya berbeda dengan yang dilihatnya di Mekkah. Oleh karena itu ia punya maksud untuk memurnikan ajran keagamaan kaumnya dengan mendatangkan seorang alim yang sangat terkenal dari Maroko bermazhab Maliki yang yaitu Abdullah Ibn Yasin. Pada perkembangannya hukum Islam dilaksanakan menurut mazhab Maliki, namun al-Qur’an dan Sunnah tetap dijadikan sumber utama. Karena ketegasan dan kekerasan mereka orang-orang Barbar dan Negro yang ada di sekitar perkampungan mereka tunduk kepada mereka dan masuk Islam.[12]
Setelah Yahya Ibn Ibrahim Wafat, pimpinan Lamtuna dilanjutkan oleh Yahya Ibn Umar. Tak lama kemudian Yahya Ibn Umar pun wafat dan digantikan oleh saudaranya  Abu Bakar Ibn Umar. Dia pun memaklumkan dirinya sebagai raja Dinasti Murabitun pada tahun 448 H/1056M dan Yusuf bin Tasyufin diangkat sebagai panglima.
Pada tahun 1059M Yusuf Ibn Tasyufin bergerak kea rah Utara yautu Maroko dan Afrika Utara. Sewaktu ia kembali dari penaklukan tersebut pada tahun 1061M Abu Bakar, raja dinasti Murabitun pergi ke gurun Sahara, maka pada ketika itu Yusuf bin Tasyufin mengambil alih kekuasaan dinasti Murabitun dan pada tahun 1062M Marakesi dijadikannya sebagai ibukota.
Sewaktu dinasti Murabitun berkembang, dinasti Umaiyah di Andalusia telah terpecah menjadi dinasti-dinasti kecil yang disebut dengan  Muluk al-Thawaif. Dalam perkembangannya dinasti Murabitun bisa mencapai kemajuan seperti:
1.         Pada masa Yusuf ibn Tasyufin dibangun kota Marakesy sebagai ibu kota dinasti Murabitun dan merupakan pusat pendidikan orang-orang murabitun.
2.         Wilayah Islam dapat dipertahankan dari tangan Al-fonso
3.         Di Spanyol didirikan kota Isybiliyah dekat Seville sebagai tandingan kota Cordova yang mulai suram. Di sini muncul Ibn Zuhr (Avenzoar), dia adalah seorang dokter terkemuka di Andalusia (w. 1162M). muncul penyair sufi seperti Ibn Abdun dan Ibn Zaidun (keduanya w. 1134M) dan Ibn Quzman (1087-1160)
4.         Penyiaran Islam meliputi daerah-daerah pedalaman guru Sahara di Afrika
Setelah Yusuf Ibn Tasyufin wafat pada abad 1106M, dinasti Murabitun mulai memasuki fase kemunduran dan akhirnya kehancuran. Para penggantinya yang memimpin dinasti Murabitun tidak bisa mengendalikan pemerintahan yang baik. Akhirnya datang kekuatan baru dari Afrika Utara yang dipimpin oleh Ibn Tumart. Ibn Tumart ini dapat mengalahkan dinasti Murabitun dan mengambil alih kekuasaannya. Pada tahun 541H/1147M penguasa terakhir Murabitun, Ishaq, dapat dibunuh di Markesyi dan menghabisi gubernurnya di Spanyol. Dengan demikian berakhirlah dinasti Murabitun di tangan dinasti Muwahidun[13]
Asal usul Muwahidun
1.    Adanya kelompok Mutajassimah di tengah masyarakat yang berada dalam kekhalifahan Murabitun di Afrika dan Spanyol. Tajassimah yaitu paham yang mengakui bahwa Tuhan mempunyai bentuk seperti tubuh manusia. Menurut sebagian ulama paham yang seperti ituadalah musyrik.
2.    Kemudian muncul Ibn Tumart pengikut Asy’ariyah untuk memberantas paham  Tajassimah tersebut. Pada akhirnya ia mendakwahkan dirinya sebagai al-Mahdi (juru selamat)dengan konsep muwahidun (orang-orang yang mengesakan Tuhan)
Ibn Tumart berasal dari kabilah Masmudah. Untuk mengembangkan ajarannya Ibn Tumart membentuk  tiga kelompok:
a.    Kelompok sepuluh dipimpin oleh Ibn Tumart yang dinamakan Dewan Menteri.
b.    Kelompok lima puluh dipimpin masing-masingnya oleh Dewan Menteri yang 10 (satu orang untuk lima orang),
c.    Murid Thalabah Ahl ad-Dar, keluarga al-Mahdi, ahli Tainmah, kabilah jadwiyah sampai orang awam.
Setelah Ibn Tumart wafat tahun 1130M, digantikan oleh Abdul Mukmin. Pada tahun 1144-1146 mereka berhasil menaklukkan Murabitun dan menjadikan Marakesy sebagai pusat pemerintahannya. Pada tahun 1172 M Muwahidun mampu merebut seluruh wilayah muslim yang ada di Spanyol, akan tetapi kedudukan umat muslim tetap saja dibawah tekanan pihak Kristen. Sehingga akhirya pada tahun 1212 Muwahidun dapat ditaklukkaan oleh pasukan  gabungan Leon, Castile, Navarre dan Aragon dalam perang Las Navas de Tolosa. Dengan kekalahan Muwahidun Negara-negara Muslim Spanyol kembali menjadi independen tetapi mereka jadi tidak  perdaya menghadapi penaklukan yang dilancarkan pihak Kristin. Penggabungan kekuatan Castile dan Leon  pada tahun 1230 membuka jalan bagi penaklukan Cordova pada tahun 1236 dan kota Siville pada tahun 1238 dan Murcia tahun 1243M. pada pertengahan abad ke 13 hanya Granada yang tetap bertahan dalam kekuasaan muslim. Kota Granada ini terlindung lantaran warganya yang berjumlah besar, wilayah yang berbukit dan ekonomi yang produktif yang mendorong pajak besar kepada para sultan Castile. Pada ketika itu kota Granada dipimpin oleh Banu Ahmar (1232-1492M), akan tetapi secara pilitik dinasti ini hanya bekuasa di wilayah kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahan terakhir di Spanyol berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Sehingga pada tahun 1492 berakhirlah kekuasan Islam di Spanyol. Setelah itu umat Islam  hanya dihadapkan pada dua pilihan, yaitu masuk Kristen atau meninggalkan Spanyol.
6.      Ekonomi dan Perdagangan
Secara umum  bisa dikatakan, dengan  melihat banyaknya pembangunan yang dilakukan oleh pemerintahan dinasti Umaiyah di Andalusia, bahkan  pembangunan bukan hanya ada  di kota-kota tetapi juga meliputi ke pedesaan. Itu  membuktikan bahwa roda perokonomian  pada masa itu berjalan sangat bagus.  Masa pemerintahan Abdurrahman I di Andalusia dikenal oleh ahli-ahli sejarah sebagai masa pembangunan besar-besaran. Ia membangun  istana yang megah dan Masjid agung yang terkenal di Cordova, yaitu Masjid Al-Hambra. Selain itu ia juga membangun masjid-masjid lain di ibukota Cordova dan pada kota-kota lainnya, selanjutnya ia juga membangun gedung-gedung perguruan beserta lembaga-lembaga ilmiah. Ia membangun saluran-saluran air dan irigasi untuk keperluan pertanian, serta ia juga membangun sebuah taman yang sangat indah di Cordova, yaitu (Al-Risafat).[14]
             Pada masa dinasti Umaiyah ini juga telah dibangun  istana az-Zahra tempat istirahat sang khalifah dengan biaya yang besar dan waktu yang panjang. Adapun waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bangunan tersebut adalah selama 12 tahun  dan jumlah orang yang dipekerjakan untuk membangunnya adalah sebanya 12.000 orang.[15]pada masa itu Andalusia terkenal akan kemakmurannya, sehinga pada masa it orang berduyun-duyun datang untuk menetap di sana.
             Dari segi perdagangan kota Valencia merupakan pelabuhan yang makmur ketika itu, tempat persinggahan arrnada dagang Islam dari pesisir Afrika maupun dari pulau Sicily dan pulau Sardinia.
Seiring waktu permasalahan makin  banyak yang muncul, stabilitas politik tidak terjamin tentu hal itu akan berpengaruh terhadap perekonomian di sana. Afrika Utara bagian Barat merupakan daerah gurun Sahara yang gersang dan hidup di sana orang Barbar, sedang Spanyol merupakan daerah yang makmur dan maju serta berperadaban maju. Ekonomi mereka sudah maju, tetapi kekuatan militer mereka sudah lemah, sehingga tidak bisa menahan serangan musuh yang datang. Oleh karena itu mereka minta bantuan kepada Dinasti Murabitun untuk melindungi mereka dan mengusir orang-orang Kristen yang menyerang mereka. Setelah Spanyol masuk kedalam dinasti Murabitun, ekonomi Dinasti makin kuat karena mewarisi ekonomi dari kerajaan-kerajaan kecil yang makmur tadi. Dengan demikian keuangan Negara dan belanja tentara dapat diatasi dan tentara semakin semangat untuk berperang
           
7.      Sosial Kemasyarakatan
Pada awal kekuasaan Abdurrahman I terjadi perselisihan antara suku yang berbeda-beda, antara bangsa dan etnis yang berbeda-beda, antara Abbasiyah dan Umaiyah, serta antara umat Islam dan umat Kristen. Akan tetapi Abdurrahman dapat menyelesaikan pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di Andalusia. Semenjak itu Abdurrahman memperoleh rasa hormat dan kekaguman dari rakyat Andalusia, dan semenjak itu terciptalah ketenangan dan kedamaian. Bahkan orang-orang Barbar yang nomadis pun mulai bertempat tinggal secara tetap.
Sepanjang jangka waktu yang lama setelah penaklukan Spanyol, orang-orang Barbar tetap menjalani kehidupan yang nomadis, mengganti tempat tinggal dari satu tempat ke tempat yang lainnya di semenanjung dan membawa serta anak istri mereka. Abdurrahman I adalah orang pertama yang menundukkan kebiasaan mereka mengembara , membuat mereka mau membangun desa-desa dan kota-kota serta  menjalani hidup yang menetap.
Abdurrahman adalah pemimpin yang telah banyak memberikan perubahan terhadap Andalusia sehingga ia dikenal dengan sebutan Elang suku Quraiysh dan Garuda Andalusia. Kaum muslim Andalusia, yang telah lama maupun yang baru memeluk Islam, bersatu dan merasa tentram baik dan menjalani hidup sehari-hari demikian juga dalam melakukan ibadah kepada sang Khaliq.[16]
Secara umum bisa dikatakan bahwa kondisi social masyarakat pada masa dinasi Umaiyah tentram dan damai kecuali pada masa Amir ke tiga, yaitu Hakam Ibn Hisyam karena kepemimpinannya yang kurang merakyat dan suka berpoya-poya, sehingga pemerintahannya banyak disibukkan untuk menumpas pemberontakan, perlawanan baik yang datang dari umat Islam maupun yang datang dari kaum Kristen.
Pada masa Amir Hisyam bin Abdurrahman masyarakat hidup dengan tentram. Ia adalah pemimpin yang dekat kepada rakyat dan sangat perhatian kepada orang miskin. Untuk menciptakan ketertiban ia melembagakan jaga malam yang teridiri dari warga-warga yang jujur yang bertugas untuk berkeliling, dan jika ditemukan orang yang merusak ketertiban, ia akan dihukum dan didenda seseuai dengan pelanggarannya, dan dendanya akan diberikan kepada orang-orang miskin seperti orang yang menumpang di dalam masjid saat malam dan hujan.[17]Sehingga Amir Hisyam diberi gelar oleh rakyatnya ar-Radhi dan al-Adl (pemimpin yang ramah dan adil). Demikian juga pada masa Amir Abdurrahman II masyarakat hidup makmur dan damai sehingga pemerintahannya disamakan orang dengan pemerintahan Umar bin Abdul Aziz.
8.      Pendidikan dan Iptek
Perkembangan ilmu pengetahuan di Spanyol bukan hanya pada bidang ilmu-ilmu tertentu, akantetapi telah mencakup kepada berbagai bidang  ilmu pengetahuan hingga ilmu sains. Sains yang berekembang di Spanyol antara lain adalah ilmu kedokteran, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain. Abbas Ibn Farnas adalah yang termashur dibidang kimia dan astronomi. Dia adalah orang pertama menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim Ibn Yahya al-Naqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan kapan terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil menemukan tropong Bintang modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad Ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan.umm al-Hasan binti abi Ja’far dan saudara perempuannya al-Hafids adalah dua orang yang ahli di bidang kedokteran dari kalangan wanita.
9.      Kesenian
Dalam bidang ini tokohnya yang terkenal adalah al-Hasan Ibn Nafi yang dijuluki Zaryab. Zaryab sering tampil dalam perjamuan makan dan acara-acara pertemuan besar di Spanyol. Ia juga bisa menggubah lagu.
Pada masa itu bahasa arab dijadikan bahasa resmi di Spanyol, sehingg bermunculanlah orang-orang yang ahli di bidang bahasa seperti Ibn Sayidih, Ibn Malik, Ibn Khuruf Ibn al-Hajj, abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan dan yang lainnya. Di samping banyaknya orang-orang yang ahli di bidang bahasa banyak juga yang ahli di bidang sastra yang terkenal adalah Ibn Abd Rabbih dengan karyanya  Al-‘iqd al-Farid  Ibn Bassam dengan karyanya al-Dzahkirah fi Mahasin ahl al-Jazirah dan al-Fath Ib Khaqan dengan karyanya Kitab al-Qalaid dan yang lainnya.
Terinspirasi oleh antusiasme dan gairah hidup Abd ar-Rahman, kaum muslimin awal di Andalusia menjadikan negeri itu menjadi taman besar. Mereka menginpor tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan dari negeri lain serta memperkenalkan metode –metode pertanian baru. Sistim irigasi yang menakjubkan, kaum muslimin memperkenalkan budidaya tebu, kapas, beras, dan  tidak ketinggalan buah-buahan seperti persik, jeruk, delima, dan kurma. Pada masa itu masyarakat Andalusia memiliki bayak keterampilan. Bahkan pada masa itu mereka telah memulai pengolahan industry sutra, dan dari merekalah lahir seni membut kertas dan gelas serta pembuatan senjata Toledo yang akhirnya sampai ke Eropa.[18] Pada puncak kejayaan Cordova di sana terdapat 15000 orang penenun.
10.  Pemikiran dan Filsafat
Ilmu filsafat dapat berkembang pada masa Islam di Spanyol. Pada waktu itu Spanyol merupakan slah satu tempat transmisi perpindahan ilmu pengetahuan Islam ke Barat.filsafat mulai dipelajari dan dikembangkan oleh umat Islam di Spanyol pada abad ke 19 M. yakni pada masa pemerintahan Muhammad Ibn Abd. Al-Rahman (832-886 M) penguasa Bani Umaiyah, kemudian berkembang pada masa al-Hakam (961-976 M) pada asa ini banyak buku-buku didatangkan dari daerah Islam di Timur, sehingga buku-buku di universitas-universitas dibanjiri dengan berbagai ilmu pengetahuan yang dapat menyaingi perpustakan Bait al-Hikmah di Bagdad.
Di Spanyol trkenal para filosof seperti Abu Bakar Muhammad ibn al-Sayigh yang lebih terkenal dengan Ibn Bajjah (w. 1138 M) di Fez. Karyanya yang terkenal Tadbir al-Mutawahhid. Abu Bakar Ibn Thufail (w.1185 M) karyanya yang terkenal adalah Hay bin Yaqzhan. Di samping filosof dia juga seorang astronomi, kedokteran dan sebagainya. Filosof yang sangat terkenal muncul Ibn Rusyd dari Cordova (1126-1198 M). karyanya yang sangat monumental adalah Tahafud al-Tahafud. Karya ini sebagai tangkisan  terhadap kitab falsafah al-Ghazali Tahafud al-Falasifah.

11.  Pemahaman Agama
Perkembangan pengetahuan di Spanyl sangat pesat , tidak kalah dengan perkembangan ilmu pengetahuan di Bagdad dan Mesir di antara ilmu yang berkembang di Spanyol adalah ilmu fiqh. Berkembangnya ilmu fiqh di Spanyol menggambarkan bahwa di Spanyol pada ketika itu sudah mulai banyak yang ahli, paham dalam bidang agama.
Mazhab fiqh yang berkembang di Spanyol adalah mazhab Malikiyah, mazhab Malikiyah ini dijadikan sebagai mazhab resmi Negara, walaupun masih ada mazhab yang lain seperti Syafi’yah. Kehidupan  masyarakat seperti perkawinan, talak, wasiat, warisan, jual beli dan sebagainya diatur berdasarkan mazhab Malikiyah.
Mazhab Malikiyah ini diperkenalkan oleh Ziyad Ibn Abd. Al-Rahman dan dikembangkan selanjutnya oleh Ibn Yahya yang menjadi qadi pada masa Hisyam ibn Abd. Al-Rahman. Di samping itu ahli fiqh yang terkenal pada masa itu seperti Abu Bakar Ibn al-Quthiyah, Munzir Ibn Sa’id al-Baluthi, Ibn Rusyd dan Ibn Hazm. Selain fuqaha yang bermazhab Maliki di Spanyol ada juga ahli-ahli fiqh yang bermazhab Syafi’iy seperti Usman ibn Abi Said al-Kinani, Ahmad Ibn Abd. Wahab bin Yunus dan sebagainya.


[1] Batri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), h. 91
[2] Ibid
[3]. Ibid, h. 88
[4] Maidir Harun dan Firdaus, Sejarah Peradaban Islam jilid 1, (Padang: IAIN IB Press, 202), h. 111
[5] Ibid, h. 112
[6] Ahmad Syalabi, Maushu’ah Tarikh al-Islami, jilid IV (Kairo: Maktabah al-Nahdhah al-Misriyah, 1978), h. 34-35
[7] Batri Yatim, op.cit, h. 96
[8] Maidir Harun dan Firdaus, op.cit, h.115-116
[9] Ibid, h. 116-117
[10]  Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, jilid 1, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), h. 590.
[11] Maidir Harun,  op.cit, h. 119
[12] Ibid, h. 121
[13]  Ibid, h. 129
[14] Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulah Umayyah II di Cordova, (Jakarta: Bulan Bintang, tt), h. 14
[15] Ahmad Thomson dan Muhammad ‘Ata’ ur-Rahim, Islam Andalusia Sejarah Kebangkitan dan Keruntuhan, alih bahasa Kampung Kreasi (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2004), h. 36
[16] Ahmad Thomson dan Muhammad ‘Ata’, ibid ,h. 40

[17]Ibid, h. 52
[18] Ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar