Rabu, 15 Mei 2013

Perang Salib




1.      PENDAHULUAN
Pada bagian terdahulu pada pembahasan  Bani Saljuk dan hasil proses turkinisme, adalah dimulainya babak baru dalam sejarah tentang hubungan Kristen dan Islam. Disaat itu timbul kekhawatiran dikalangan orang Bizantium akan serbuan orang turki pengembara atas para Kristen di kawasan Yunani, setelah menyaksikan kebangkitan bangsa Turki di abad sebelas. Kaisar Bizantium memohon perhatian Sri Paus, pemimpin agama katolik sedunia di Roma, agar mau memberi perlindungan atas keselamatan orang Kristen, meskipun gereja Ortodoks Yunani, yang berpusat di Bizantium sedang mengalami perselisihan paham teologis dengan pihak Roma Katolik, sejak empat puluh terakhir. Sri Paus Urban segera memenuhi permintaan bantuan dari pemimpin gereja Ortodoks tadi, meskipun dengan alasan sendiri. Terdorong oleh keinginannya menguji kekuatan Paus dalam bidang duniawi dikalangan umat Kristen, segera Sri Paus memanggil seluruh umat Kristen lewat pidatonya pada tahun 1095, untuk memanggul senjata melawan kekuatan Islam, demi menyelamatkan tanah suci di Yerussalem. Ternyata panggilan itu menghasilkan perang pertama dari rangkaian perang antara Kristen melawan islam, yang dikenal dalam sejarah dengan Perang Salib.
Yang menarik dalam rangkaian itu adalah munculnya sebuah episode yang romantis dalam sejarah abad pertengahan eropa. Muncul berbagai peluang dikalangan umat Katolik maupun Protestan, sikap positif yang dipetik dari peristiwa itu dalam dunia pendidikan. Masing-masing mendapatkan pengalaman baik bagi pendidikan keagamaan. Berbagai tim olah raga dari lembaga pendidikan maupun kolese diberi mana pejuang salib atau decrusader, dan sarasin untuk menyebut pejuang Islam bangsa Arab dimata pejuang salib. Yang menarik adalah mengapa peristiwa konfrontasi persenjata antara Muslim di Timur Tengah dengan Kristen didunia barat tidak menguntungkan kaum Muslimin dari kebanyakan dunia Islam, terutama Syiria dan Arab Palestina.[1]
Kemudian disisi lain dapat kita lihat dari sisi lain penggambaran proses sejarah yang berkaitan dengan perang salib. Teori-teori tersebut diantara lain terori siklis dan linear. Teori pertama menganggap bahwa perkembangan sejarah secara melingkar  yang berjalan antara zaman keemasan dan kehancuran. Dengan demikian teori ini menganggap bawah pengulangan sejarah dahulu dan sekarang adalah sesuatu yang lumrah. Sebaliknya, teori linear menganggap bahwa pengulangan sejarah tidak pernah terjadi. Proses sejarah berjalan lurus mengikuti babak baru yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Terakhir, muncul teori yang menggabungkan  kedua teori tersebut yaitu bahwa pengulangan sejarah akan berulang namun bukan dalam bentuk yang sama[2].
Berdasarkan pada teori ketiga, terlepas dari topik-topik yang melandasi sebuah babak penting dalam sejarah perang yaitu sebab, proses dan dampak baik berkenaan dengan aktor maupun stuktur masyarakat. Berdasarkan pada pendahuluan diatas penulis mencoba menggambarkan hal-hal yang berkenaan dengan perak salib dengan sebab-sebab, perjalanan perang dan pengaruhnya terhadap dunia Eropa.

2.      Penyebab Terjadinya Perang Salib
Semenjak berdirinya kekuasaan Islam, orang-orang kristen diberi kekuasaan beragama dan berbagai  jabatan dalam pemerintahan. Sebagai contoh, ketika Yerussalem dan Syiria dibawah kekuasaan Bani Fathimiyah dari Mesir berkuasa, penguasa mesir mendorong perniagaan dan perdagangan orang-orang kristen, akan tetapi segala hal dan toleransi tersebut tidak bisa menentramkan orang Kristen yang menganggap kehadiran umat Islam di Yerussalem sebagai suatu hal yang tidak sesuai dan tidak disukai[3].
Diantara bentuk penyebab terjadinya perang salib adalah :
A.    Perang salib terjadi karena adanya konflik lama antara timur dengan barat, dalam hal ini dimaksudkan antara umat Islam dan Kristen untuk saling menguasai. Pemunculan Islam yang cepat menimbulkan suatu goncangan bagi seluruh eropa, sehingga pada abad XI pasukan umat Kristen Barat diarahkan untuk melawan umat Islam.
B.     Pelaksanaan ziarah umat Kristen di Yerussalem semakin bergairah pada abad XI dibandingkan pada waktu-waktu sebelumnya, karena Yerussalem dan Palestina berada dalam kekuasaan Islam. Tidak jarang para umat Kristen mendapat perlawanan dan dirampok, infomasi seperti ini sangat berlebihan sehingga menimbulkan reaksi dari keras dari seluruh umat Kristen diseluruh dunia.
C.     Pada masa lalu, orang Eropa Kristen ditandai oleh kekacauan feodalisme, Raja dan pangeran terlibat perang satu sama lain, sehubungan dengan itu orang kristen dengan dukungan Paus berusaha memanfaatkan semangat perang internal agama menjadi perang antar agama. Dalam hal ini semangat perang orang Kristen disalurkan untuk memerangi umat Islam.
Selain tiga faktor diatas, masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi terjadinya perang salib, diantaranya faktor agama, ekonomi dan politik.
Dari segi faktor agama dapat kita tinjau dalam perjalanan sejarah, pada masa awal kekuasaan Islam di Yerussalem merupakan tempat peribadatan yang penuh kedamaian bagi umat Islam, Nasrani dan Yahudi, namun pada masa kekuasaan Bani Saljuk dibawah Khalifah Al-Hakim mulailah bermunculan profokasi dan berbagai isu dari kalangan kristen bahwa kebebasan mereka dalam beribadah dibatasi oleh penguasa.[4] Dengan munculnya Bani saljuk yang mengusai Asia kecil setelah mengalahkan pasukan Bizantium dan Manzikart tahun 1071, selanjutnya Bani Saljuk merebut Baitul Maqdis dari kekuasaan Fathimiyah tahun 1078. Kekuasaan Bani Saljuk di Asia kecil dan Yerussalem dianggap sebagai penghalang dalam urusan peribadatan. Fitnah dan profokasi inilah yang menimbulkan  kemarahan umat Kristen Eropa untuk memusuhi umat Islam, kondisi tersebut diikuti oleh latar belakang perbedaan keyakinan, nilai, kaidah dan silbol dari kedua belah pihak, dikalangan umat Kristen timbul perasaan bahwa mereka tertindas oleh umat Islam[5].
Dalam Film Shalahuddin Al Ayyubi fersi bahasa Arab, dengan Sutradara Hatim Ali –Syiria, beliau menggambarkan sikap yang sangat toleran dari umat Islam dalam menghormati umat-umat lain untuk menjalakankan ibadah mereka. Bahkan ketika Shalahuddin Al Ayyubi berhasil menguasai Masjidil Aqsa dan sekitarnya, Shalahuddin membolehkan bagi mereka yang keluar dari kawasan Al-Aqsa untuk membawa harta-harta mereka, hingga ada salah seorang diantara kalangan umat kristen tersebut berkata “الرجل رحمة, الرجل رحمة, الرجل رحمة “ (laki-laki yang pengasih)[6] kepada Shalahuddin.
Dari segi faktor ekonomi, semenjak abad ke X pasukan muslim menjadi penguasa jalur perdagangan dilaut tengah, para pedagang dari Pisa, Vinesia, dan Gnoa merasa terganggu atas kehadiran  Islam sebagai penguasa, hal ini dimungkinkan karena eropa akan bersambung dengan rute-rute perdangan di timur, dengan demikian rivalitas ekomoni memicu terjadinya perang salib[7]. Secara akal, hal ini tentunya dapat kita pahami, karena satu-satunya jalan untuk bebas dan lancar dan bentuk hubungan dagang adalah dengan cara mendesak kekuatan Muslim dari laut ini, dan inilah pemicu terjadinya perperangan diantara umat Islam dan Kristen.
Dari segi faktor Politik, dapat kita perhatikan, hubungan antara Islam dan Kristen  sangat rentan untuk terjadinya perang dikarenakan terjadinya konflik lama antara timur (Islam) dan barat (Kristen) untuk saling menguasai dunia, kaisar Alaxius comnenus dari Bizantium tahun 1095 kepada Paus Urbanus II di Roma, satu misi karena daerah –daerah kekuasaannya dikuasai oleh Bani Saljuk, bahkan Konstantinopel sebagai ibukota Bizantiumpun terancam oleh Bani saljuk[8]. Paus mengajak seluruh umat umat Kristen  sedunia lewat pidatonya pada tanggal 26 November 1095 untuk mengangkat senjata melawan kekuatan Islam demi menyelamatkan tanah suci di Yerussalem, bahkan pidato Paus tersebut merupakan pidato terbesar pengaruhnya  kepada manusia yang pernah ada dalam sejarah, dimana orang-orang Kristen mendapat suntikan untuk menjaga kuburan-kuburan suci, merebutnya dari orang-orang yang bukan Kristen dan menaklukkan mereka. Seruan Paus  “tuhan menghendaki yang demikian” menggelora diseluruh negeri dan membuat semua orang Kristen keluar dari negeri mereka untuk ikut berjuang dalam perang salib[9].
Dalam Film Shalahuddin bagian episode-20 pun sempat terlontar dalam ucapan para penguasa Kristen untuk menguasai wilayah kaum muslimin, namun sebagian langkah mereka terhalangi mengingat banyaknya ilmuan dari kalangan umat Islam yang mereka butuhkan untuk kemajuan mereka (umat Kristen) nanti.

3.      Jalannya Perang Salib
Perang salib berlangsung dalam kurun waktu hampir 2 abad, yaitu berkisar antara tahun 1095 sampai tahun 1291 M, namuan para ahli sejarah berbeda pendapat dalam membagi periode perang salib tersebut, ada yang mengatakan delapan kali[10] dan ada juga yang mengatakan sembilan kali, Perang atau serbuan pasukan salib ini dimulai pada tahun 1095 dan dilancarkan lima kali ke daerah Syam, dua kali ke daerah Mesir, satu kali ke Tunisia dan satu kali ke Konstantinopel yang saat itu merupakan pusat Gereja Kristen Timur[11].
Sementara menurut Philip K.Hitti menyebutkan pembagian perang salib yang biasa dibuat para sejarawan dalam buku mereka tujuh sampai sembilan kali tidak sesuai dengan kebenaran, dan menurut pendapatnya periode perang salib hanya pada tiga bagian saja, yaitu: periode pertama masa penaklukan yang berjalan sampai tahun 1114 M. Periode kedua masa timbulnya reaksi atau perlawanan dari umat Islam kepada umat Kristen hingga mencapai puncaknya pada kemenangan Shalahuddin (saladin) yang gilang gemilang sampai tahun 1193 M. Dan periode ketiga masa peperangan kecil-kecilan yang berakhir pada tahun 1291 M, ketika jamaah salib kehilangan tempat bertahan  didaratan Syiria [12]. Adapun penjelasan lebih rincinya akan kita jelaskan dalam pembahasan dibawah ini :
A.    Periode Perang Salib I
Perjalanan perang salib I ini dimulai pada musim semi pada tahun 1095 M. 150.000 orang-orang Eropa sebagian besar bangsa adalah Perancis yang menuju konstantinopel kemudian bertolak ke Palestina. Tentara salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond dan Raymon ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097 M mereka berhasil menaklukan  Nicca dan tahun 1098 M mereka menguasai Antioehea dan mendirikan kerajaan Latin II di timur, Bohemond dilantik sebagai rajanya. Dan mereka juga berhasil menaklukan Baitul Maqdis pada tanggal 15 Juli 1099 M. kemudian juga mendirikan kerajaan III dengan rajanya Godfrey. Setelah penaklukan baitul maqdis itu, tentara salib melanjutkan ekspansinya, mereka menguasai Akka pada tahun 1104 M, Tripoli pada tahun 1109 M, Tyre 1124 M. di Tripoli mereka mendirikan kerajaan Latin IV dengan rajanya Raymond[13].
Dapat kita simpulkan  pada periode pertama ini merupakan dimana para tentara salib mendapat kemenangan berupa kekuasan dan kekuatan  yang luar biasa diberbagai tempat dalam neger-negeri Muslim yang merupakan tempat-tempat strategis yang dahulunya berada dibawah naungan Islam, dan masa ini jugalah umat Islam banyak yang menjadi korban dalam dalam invasinya Bohemond, Godfrey dan Raymond.
           
B.     Periode Perang Salib II
Imaduddin Zanki pernguasa Moshul dan Irak, berhasil kembali merebut Aleppo, Hamimah dan Edassa pada tahun 1144 M. setelah ia wafat pada tahun 1146 M, tugasnya digantikan oleh Nuruddin Zanki, dan Nuruddin Zanki berhasil merebut Antioehea tahun 1149 M. dan 1151 M seluruh Edassa berhasil dikuasai[14].
            Dengan menguasa penuh daerah Edassa inilah yang menyebabkan orang-orang Kristen mengobarkan perang salib II. Paus Eugenus III menyerukan perang suci yang disambut oleh raja Perancis Louis VII dan raja Jerman Condrad II. Keduanya memimpin perang tersebut dan merebut wilayah Kristen di Syiria, akan tetapi gerak keduanya dihalangi oleh Nuruddin, dan mereka gagal memasuki Damaskus, hingga akhirnya kedua raja tersebut melarikan diri ke negerinya. Kemudian setelah Nuruddin wafat pada tahun 1175, pemimpin perang digantikan oleh Shalahuddin Al Ayyubi yang berhasil mendirikan Daulah Ayyubiyah di Mesir pada tahun 1175. Ia berhasil merebut kembali Yerusssalem pada tahun 1187 M.
            Dengan dikuasainya Yerussalem oleh umat Islam, pasukan salib menyusun kekuatan kembali, dan pasukan ini dipimpin oleh Frederick Barbarossa, raja Jerman, Richard the Lion Hart, raja Inggris dan Philip Augustus , raja Perancis. Meskipun mereka mendapat perlawanan berat dari Shalahuddin Al Ayyubi, namun mereka berhasil merebut Akka yang kemudian dijadikan ibu kota Latin, akan tatapi mereka tidak berhasil memasuki Palestina. Pada tanggal 2 November 1192 M. dibuatlah suatu perjanjian dengan nama Shulh al-Ramlah, dalam perjanjian ini orang Kristen disebutkan bahwa orang Kristen yang pergi ke Bait al Maqdis tidak akan di ganggu[15].
            Dengan adanya perang salib II ini jelaslah bahwa negeri Palestina berada dalam kekuatan Kristen selama 88 tahun. Dan hal yang patut kita hargai dan diancungan jempol adalah kekuatan Muslim  tidak ada melakukan tindakan pembantaian  kejam kepada umat Kristen dalam merebut kembali daerahnya. Meskipun tentara salib dahulunya melakukan tindakan pembantaian keji ketika menyerang Islam. Seperti itulah aturan dalam Islam dalam hal peperangan, namun kalau kita perhatikan sekarang keadaan kaum muslimin dinegeri Palestina yang berada dibawah kekuatan non Muslim berada dalam penindasan, pemerkosaan, penganiayaan, dsb, sungguh agama Islam merupakan agama rahmat sebagaimana yang dipraktekkan oleh pasukan Shalahuddin al Ayyubi terhadap lawan-lawannya yang didasari ketauladanan kepada Rasulullah Saw.

C.    Periode Perang Salib III
Pada masa ini pasukan perang salib dipimpin oleh raja Frederick III, pada masa ini mereka berusaha ingin untuk merebut Mesir sebelum Palestina, dengan harapan mereka mendapatkan bantuan dari umat Kristen Mesir yang lebih dikenal dengan Qibthi. Pada tahun 1291 M pasukan Frederick III berhasil merebut Dimyat, yang merupakan salah satu provinsi di negara Mesir. Ketika raja al-Malik al-Kamil dari dinasti ayyubiyah  membuat perjanjian dengan raja Frederick untuk bersedia menyerahkan provinsi Dimyat dan dari pihak Danasti Ayyubiyah akan menyerahkan Palestina, Frederick menjamin keselamatan muslim disana, namun dalam peperangan berikutnya Palestina direbut kembali oleh pasukan Islam pada tahun 1247 M, pada masa al-Malik as-Shalih ketika Mesir dikuasai oleh dinasti Mamalik, pimpinan perang dipegang oleh Baybars dan qowalun yang pada akhirnya berhasil menguasai Akka pada tahun 1291 M[16].  sehingga pada periode ini jelaskan kekalahan umat Kristen.

4.      Pengaruh Perang Salib Terhadap Eropa
Meskipun pihak Kristen eropa mengalami kekalahan dalam perang salib, namun mereka telah mendapatkan hikmah dan nilai-nilai positif dari semua kejadian ini dengan harga yang tidak ternilai, bahkan dengan adanya perang inilah cara berfikir dan corak pandang orang-orang Eropa menjadi maju, karena mereka dapat berkenalan langsung dengan kebudayaan Islam dan peradaban-peradaban yang sudah maju yang telah dimiliki oleh umat Islam itu sendiri, sebagai contoh yang diceritakan didalam buku Ensiklopedi Islam dalam kebudayaan dibidang militer didunia barat belum begitu mengenal tentang persenjataan dan teknis dalam peperangan, seperti :
a.       Penggunaan bahan peledak
b.      Penembakan peluru
c.       Pertarungan senjata sambil menunggang kuda,
d.      Teknis pengiriman informasi melalui burung merpati dalam hal-hal kepentingan militer
e.       Penggunaan alat-alat rebana dalam memberikan support atau dukungan kepada para pejuang militer di medan perang.
Dibidang Perindustrian seperti :
a.       Mereka mendapatkan pengalaman dalam hal penenunan kain tenun sekaligus peralatan dari dunia timur
b.      Penemuan berbagai jenis farfum dengan getah arab yang dapat mengahrumkan ruangan[17]
Dibidang pertanian dan perniagaan seperti :
a.       Model irigasi yang praktis
b.      Jenis tumbuh-tumbuhan yang buahnya bermacam ragam
c.       Penemuan Gula
d.      Penggunaan mata uang dalam jual beli ang sebelumnya menggunakan sistem barter
Dalam ilmu astronomi yang dikembangkan oleh kaum muslimin sejak abad ke-9 telah memberikan pengaruh dalam observasi didunia barat, selain itu, mereka juga telah meniru corak dan model rumah sakit dan tempat-tempat pemandian yang ada di kota-kota Islam[18].

Disisi lain dari pengaruh perang salib terhadap umat Kristen, meskipun mereka tidak berhasil mendapatkan misi-misi untuk menguasai Baitul Maqdis di Palestina, namun mereka juga memperoleh kegemilangan dari segi internal mereka, diantaranya dengan adanya perang salib membuat bangsa Eropa bersatu[19].

5.      Kesimpulan
Sebagai kesimpulan dalam pembahasan kita dalam makalah kali ini penyaji mengutip firman Allah Ta’ala QS. 2:120
ولن ترضى عنك اليهود ولا النصرى حتى تتبع ملتهم.....
“orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka”.
Semoga dengan mengacu kepada ayat diatas kita kaum muslimin lebih waspada lagi dengan cara dan godaan aqidah dari kaum yang tidak senang dengan Islam.


[1] Abu Su’ud, ISLAMOLOGI, sejarah, ajaran, dan peranannya dalam peradaban umat Islam, (Jakarta: Rineka Putra, 2003),  Cet.1, h.99-100
[2] Ajid Tohir, Perkembangan peradaban di kawasan dunia Islam, melacak akar-akar sejarah, sosial, politik dan budaya Islam, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004), h.33
[3] K. Ali, Study of History, terjemahan: Atang Affandi, (Jakarta: Bina Cipta, t.t), h.295
[4] Hermawati, Sejarah agama dan bangsa Yahudi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 113
[5] K. Ali, op.cit, h.412
[6] Hatim Ali, صلاح الدين الأيوبى افلام, (Dimasq, t.t, t.tp), Episode.30, lihat juga www.gamalweb.8m.com
[7] K. Ali, op.cit, h.413
[8] Hermawati, op.cit, h.115
[9] Philip K.Hitti, The Arabs A Short History, Terjemahan. Ushuluddin Hutagalung, Dunia Arab, sejarah ringkas, (Bandung: Sumur Bandung, tt), h. 291
[10] Husain Muannis, أطلس تاريخ الإسلام, (Cairo: الزهراء للإعلاء العربى, 1987), Cet.1, h. 271
[11] Dudunk Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam dari masa klasik hingga masa Modrn, (Yogyakarta:Pesti 2004), h.115
[12] Philip K.Hitti, op.cit, h. 213
[13] Badri Hatim, Sejarah peradaban Islam, dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h.76
[14] Ibid, h. 78
[15] Ibid, h. 78
[16] Ibid, h.79
[17] Ensiklopedi Islam, Ed. Dewan Ensiklopedi Redaksi Ensiklopedi Islam, (Jakarta: ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), h.243
[18] K. Ali, sejarah Islam Modrn (tarikh Modrn), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 114
[19] Abdul Aziz Sulaiman Nawwar, Mahmud Muhammad Jamaluddin, التاريخ اللأوربى الحديث. (Beirut:داؤ الفكر العربى, 1999), 275

2 komentar: