1. PENDAHULUAN
Pada bagian terdahulu pada pembahasan
Bani Saljuk dan hasil proses turkinisme, adalah dimulainya babak baru
dalam sejarah tentang hubungan Kristen dan Islam. Disaat itu timbul
kekhawatiran dikalangan orang Bizantium akan serbuan orang turki pengembara
atas para Kristen di kawasan Yunani, setelah menyaksikan kebangkitan bangsa
Turki di abad sebelas. Kaisar Bizantium memohon perhatian Sri Paus, pemimpin
agama katolik sedunia di Roma, agar mau memberi perlindungan atas keselamatan
orang Kristen, meskipun gereja Ortodoks Yunani, yang berpusat di Bizantium
sedang mengalami perselisihan paham teologis dengan pihak Roma Katolik, sejak
empat puluh terakhir. Sri Paus Urban segera memenuhi permintaan bantuan dari
pemimpin gereja Ortodoks tadi, meskipun dengan alasan sendiri. Terdorong oleh
keinginannya menguji kekuatan Paus dalam bidang duniawi dikalangan umat
Kristen, segera Sri Paus memanggil seluruh umat Kristen lewat pidatonya pada
tahun 1095, untuk memanggul senjata melawan kekuatan Islam, demi menyelamatkan
tanah suci di Yerussalem. Ternyata panggilan itu menghasilkan perang pertama
dari rangkaian perang antara Kristen melawan islam, yang dikenal dalam sejarah dengan
Perang Salib.
Yang menarik dalam rangkaian itu adalah munculnya sebuah episode yang
romantis dalam sejarah abad pertengahan eropa. Muncul berbagai peluang
dikalangan umat Katolik maupun Protestan, sikap positif yang dipetik dari
peristiwa itu dalam dunia pendidikan. Masing-masing mendapatkan pengalaman baik
bagi pendidikan keagamaan. Berbagai tim olah raga dari lembaga pendidikan
maupun kolese diberi mana pejuang salib atau decrusader, dan sarasin
untuk menyebut pejuang Islam bangsa Arab dimata pejuang salib. Yang menarik
adalah mengapa peristiwa konfrontasi persenjata antara Muslim di Timur Tengah
dengan Kristen didunia barat tidak menguntungkan kaum Muslimin dari kebanyakan
dunia Islam, terutama Syiria dan Arab Palestina.[1]
Kemudian disisi lain dapat kita lihat dari sisi lain penggambaran proses
sejarah yang berkaitan dengan perang salib. Teori-teori tersebut diantara lain
terori siklis dan linear. Teori pertama menganggap bahwa perkembangan sejarah
secara melingkar yang berjalan antara
zaman keemasan dan kehancuran. Dengan demikian teori ini menganggap bawah
pengulangan sejarah dahulu dan sekarang adalah sesuatu yang lumrah. Sebaliknya,
teori linear menganggap bahwa pengulangan sejarah tidak pernah terjadi. Proses
sejarah berjalan lurus mengikuti babak baru yang tidak pernah terjadi
sebelumnya. Terakhir, muncul teori yang menggabungkan kedua teori tersebut yaitu bahwa pengulangan
sejarah akan berulang namun bukan dalam bentuk yang sama[2].
Berdasarkan pada teori ketiga, terlepas dari topik-topik yang melandasi
sebuah babak penting dalam sejarah perang yaitu sebab, proses dan dampak baik
berkenaan dengan aktor maupun stuktur masyarakat. Berdasarkan pada pendahuluan
diatas penulis mencoba menggambarkan hal-hal yang berkenaan dengan perak salib
dengan sebab-sebab, perjalanan perang dan pengaruhnya terhadap dunia Eropa.
2. Penyebab Terjadinya Perang Salib
Semenjak
berdirinya kekuasaan Islam, orang-orang kristen diberi kekuasaan beragama dan
berbagai jabatan dalam pemerintahan.
Sebagai contoh, ketika Yerussalem dan Syiria dibawah kekuasaan Bani Fathimiyah
dari Mesir berkuasa, penguasa mesir mendorong perniagaan dan perdagangan
orang-orang kristen, akan tetapi segala hal dan toleransi tersebut tidak bisa
menentramkan orang Kristen yang menganggap kehadiran umat Islam di Yerussalem
sebagai suatu hal yang tidak sesuai dan tidak disukai[3].
Diantara bentuk penyebab
terjadinya perang salib adalah :
A.
Perang
salib terjadi karena adanya konflik lama antara timur dengan barat, dalam hal
ini dimaksudkan antara umat Islam dan Kristen untuk saling menguasai.
Pemunculan Islam yang cepat menimbulkan suatu goncangan bagi seluruh eropa,
sehingga pada abad XI pasukan umat Kristen Barat diarahkan untuk melawan umat
Islam.
B.
Pelaksanaan
ziarah umat Kristen di Yerussalem semakin bergairah pada abad XI dibandingkan
pada waktu-waktu sebelumnya, karena Yerussalem dan Palestina berada dalam
kekuasaan Islam. Tidak jarang para umat Kristen mendapat perlawanan dan
dirampok, infomasi seperti ini sangat berlebihan sehingga menimbulkan reaksi
dari keras dari seluruh umat Kristen diseluruh dunia.
C.
Pada masa
lalu, orang Eropa Kristen ditandai oleh kekacauan feodalisme, Raja dan pangeran
terlibat perang satu sama lain, sehubungan dengan itu orang kristen dengan
dukungan Paus berusaha memanfaatkan semangat perang internal agama menjadi
perang antar agama. Dalam hal ini semangat perang orang Kristen disalurkan
untuk memerangi umat Islam.
Selain tiga faktor diatas, masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi
terjadinya perang salib, diantaranya faktor agama, ekonomi dan politik.
Dari segi faktor agama dapat kita tinjau dalam perjalanan sejarah, pada
masa awal kekuasaan Islam di Yerussalem merupakan tempat peribadatan yang penuh
kedamaian bagi umat Islam, Nasrani dan Yahudi, namun pada masa kekuasaan Bani
Saljuk dibawah Khalifah Al-Hakim mulailah bermunculan profokasi dan berbagai
isu dari kalangan kristen bahwa kebebasan mereka dalam beribadah dibatasi oleh
penguasa.[4] Dengan munculnya Bani
saljuk yang mengusai Asia kecil setelah mengalahkan pasukan Bizantium dan
Manzikart tahun 1071, selanjutnya Bani Saljuk merebut Baitul Maqdis dari
kekuasaan Fathimiyah tahun 1078. Kekuasaan Bani Saljuk di Asia kecil dan
Yerussalem dianggap sebagai penghalang dalam urusan peribadatan. Fitnah dan
profokasi inilah yang menimbulkan
kemarahan umat Kristen Eropa untuk memusuhi umat Islam, kondisi tersebut
diikuti oleh latar belakang perbedaan keyakinan, nilai, kaidah dan silbol dari
kedua belah pihak, dikalangan umat Kristen timbul perasaan bahwa mereka
tertindas oleh umat Islam[5].
Dalam Film Shalahuddin Al Ayyubi fersi bahasa Arab, dengan Sutradara
Hatim Ali –Syiria, beliau menggambarkan sikap yang sangat toleran dari umat
Islam dalam menghormati umat-umat lain untuk menjalakankan ibadah mereka.
Bahkan ketika Shalahuddin Al Ayyubi berhasil menguasai Masjidil Aqsa dan
sekitarnya, Shalahuddin membolehkan bagi mereka yang keluar dari kawasan
Al-Aqsa untuk membawa harta-harta mereka, hingga ada salah seorang diantara kalangan
umat kristen tersebut berkata “الرجل رحمة, الرجل رحمة,
الرجل رحمة “ (laki-laki yang pengasih)[6] kepada Shalahuddin.
Dari segi faktor ekonomi, semenjak abad ke X pasukan muslim menjadi
penguasa jalur perdagangan dilaut tengah, para pedagang dari Pisa, Vinesia, dan
Gnoa merasa terganggu atas kehadiran
Islam sebagai penguasa, hal ini dimungkinkan karena eropa akan bersambung
dengan rute-rute perdangan di timur, dengan demikian rivalitas ekomoni memicu
terjadinya perang salib[7]. Secara akal, hal ini
tentunya dapat kita pahami, karena satu-satunya jalan untuk bebas dan lancar
dan bentuk hubungan dagang adalah dengan cara mendesak kekuatan Muslim dari
laut ini, dan inilah pemicu terjadinya perperangan diantara umat Islam dan
Kristen.
Dari segi faktor Politik, dapat kita perhatikan, hubungan antara Islam
dan Kristen sangat rentan untuk
terjadinya perang dikarenakan terjadinya konflik lama antara timur (Islam) dan
barat (Kristen) untuk saling menguasai dunia, kaisar Alaxius comnenus dari
Bizantium tahun 1095 kepada Paus Urbanus II di Roma, satu misi karena daerah
–daerah kekuasaannya dikuasai oleh Bani Saljuk, bahkan Konstantinopel sebagai
ibukota Bizantiumpun terancam oleh Bani saljuk[8]. Paus mengajak seluruh umat
umat Kristen sedunia lewat pidatonya
pada tanggal 26 November 1095 untuk mengangkat senjata melawan kekuatan Islam
demi menyelamatkan tanah suci di Yerussalem, bahkan pidato Paus tersebut
merupakan pidato terbesar pengaruhnya
kepada manusia yang pernah ada dalam sejarah, dimana orang-orang Kristen
mendapat suntikan untuk menjaga kuburan-kuburan suci, merebutnya dari orang-orang
yang bukan Kristen dan menaklukkan mereka. Seruan Paus “tuhan menghendaki yang demikian” menggelora
diseluruh negeri dan membuat semua orang Kristen keluar dari negeri mereka untuk
ikut berjuang dalam perang salib[9].
Dalam Film Shalahuddin bagian episode-20 pun sempat terlontar dalam ucapan
para penguasa Kristen untuk menguasai wilayah kaum muslimin, namun sebagian langkah
mereka terhalangi mengingat banyaknya ilmuan dari kalangan umat Islam yang
mereka butuhkan untuk kemajuan mereka (umat Kristen) nanti.
3.
Jalannya
Perang Salib
Perang salib berlangsung dalam kurun waktu hampir 2 abad, yaitu berkisar
antara tahun 1095 sampai tahun 1291 M, namuan para ahli sejarah berbeda
pendapat dalam membagi periode perang salib tersebut, ada yang mengatakan delapan
kali[10] dan ada juga yang
mengatakan sembilan kali, Perang atau serbuan pasukan salib ini dimulai pada
tahun 1095 dan dilancarkan lima kali ke daerah Syam, dua kali ke daerah Mesir,
satu kali ke Tunisia dan satu kali ke Konstantinopel yang saat itu merupakan
pusat Gereja Kristen Timur[11].
Sementara menurut Philip K.Hitti menyebutkan pembagian perang salib yang
biasa dibuat para sejarawan dalam buku mereka tujuh sampai sembilan kali tidak
sesuai dengan kebenaran, dan menurut pendapatnya periode perang salib hanya pada
tiga bagian saja, yaitu: periode pertama masa penaklukan yang berjalan sampai
tahun 1114 M. Periode kedua masa timbulnya reaksi atau perlawanan dari umat
Islam kepada umat Kristen hingga mencapai puncaknya pada kemenangan Shalahuddin
(saladin) yang gilang gemilang sampai tahun 1193 M. Dan periode ketiga masa
peperangan kecil-kecilan yang berakhir pada tahun 1291 M, ketika jamaah salib
kehilangan tempat bertahan didaratan
Syiria [12].
Adapun penjelasan lebih rincinya akan kita jelaskan dalam pembahasan dibawah
ini :
A. Periode
Perang Salib I
Perjalanan perang salib I ini dimulai pada musim semi pada tahun 1095 M.
150.000 orang-orang Eropa sebagian besar bangsa adalah Perancis yang menuju
konstantinopel kemudian bertolak ke Palestina. Tentara salib yang dipimpin oleh
Godfrey, Bohemond dan Raymon ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18
Juni 1097 M mereka berhasil menaklukan
Nicca dan tahun 1098 M mereka menguasai Antioehea dan mendirikan
kerajaan Latin II di timur, Bohemond dilantik sebagai rajanya. Dan mereka juga
berhasil menaklukan Baitul Maqdis pada tanggal 15 Juli 1099 M. kemudian juga
mendirikan kerajaan III dengan rajanya Godfrey. Setelah penaklukan baitul
maqdis itu, tentara salib melanjutkan ekspansinya, mereka menguasai Akka pada
tahun 1104 M, Tripoli pada tahun 1109 M, Tyre 1124 M. di Tripoli mereka
mendirikan kerajaan Latin IV dengan rajanya Raymond[13].
Dapat kita simpulkan pada periode
pertama ini merupakan dimana para tentara salib mendapat kemenangan berupa
kekuasan dan kekuatan yang luar biasa
diberbagai tempat dalam neger-negeri Muslim yang merupakan tempat-tempat
strategis yang dahulunya berada dibawah naungan Islam, dan masa ini jugalah
umat Islam banyak yang menjadi korban dalam dalam invasinya Bohemond, Godfrey
dan Raymond.
B. Periode Perang
Salib II
Imaduddin Zanki pernguasa Moshul dan Irak, berhasil kembali merebut
Aleppo, Hamimah dan Edassa pada tahun 1144 M. setelah ia wafat pada tahun 1146
M, tugasnya digantikan oleh Nuruddin Zanki, dan Nuruddin Zanki berhasil merebut
Antioehea tahun 1149 M. dan 1151 M seluruh Edassa berhasil dikuasai[14].
Dengan menguasa penuh daerah Edassa
inilah yang menyebabkan orang-orang Kristen mengobarkan perang salib II. Paus
Eugenus III menyerukan perang suci yang disambut oleh raja Perancis Louis VII
dan raja Jerman Condrad II. Keduanya memimpin perang tersebut dan merebut
wilayah Kristen di Syiria, akan tetapi gerak keduanya dihalangi oleh Nuruddin,
dan mereka gagal memasuki Damaskus, hingga akhirnya kedua raja tersebut
melarikan diri ke negerinya. Kemudian setelah Nuruddin wafat pada tahun 1175,
pemimpin perang digantikan oleh Shalahuddin Al Ayyubi yang berhasil mendirikan
Daulah Ayyubiyah di Mesir pada tahun 1175. Ia berhasil merebut kembali
Yerusssalem pada tahun 1187 M.
Dengan dikuasainya Yerussalem oleh umat
Islam, pasukan salib menyusun kekuatan kembali, dan pasukan ini dipimpin oleh
Frederick Barbarossa, raja Jerman, Richard the Lion Hart, raja Inggris dan
Philip Augustus , raja Perancis. Meskipun mereka mendapat perlawanan berat dari
Shalahuddin Al Ayyubi, namun mereka berhasil merebut Akka yang kemudian
dijadikan ibu kota Latin, akan tatapi mereka tidak berhasil memasuki Palestina.
Pada tanggal 2 November 1192 M. dibuatlah suatu perjanjian dengan nama Shulh
al-Ramlah, dalam perjanjian ini orang Kristen disebutkan bahwa orang
Kristen yang pergi ke Bait al Maqdis tidak akan di ganggu[15].
Dengan adanya perang salib II ini
jelaslah bahwa negeri Palestina berada dalam kekuatan Kristen selama 88 tahun.
Dan hal yang patut kita hargai dan diancungan jempol adalah kekuatan
Muslim tidak ada melakukan tindakan
pembantaian kejam kepada umat Kristen
dalam merebut kembali daerahnya. Meskipun tentara salib dahulunya melakukan
tindakan pembantaian keji ketika menyerang Islam. Seperti itulah aturan dalam
Islam dalam hal peperangan, namun kalau kita perhatikan sekarang keadaan kaum
muslimin dinegeri Palestina yang berada dibawah kekuatan non Muslim berada
dalam penindasan, pemerkosaan, penganiayaan, dsb, sungguh agama Islam merupakan
agama rahmat sebagaimana yang dipraktekkan oleh pasukan Shalahuddin al Ayyubi
terhadap lawan-lawannya yang didasari ketauladanan kepada Rasulullah Saw.
C. Periode Perang
Salib III
Pada masa ini pasukan perang salib dipimpin oleh raja Frederick III, pada
masa ini mereka berusaha ingin untuk merebut Mesir sebelum Palestina, dengan
harapan mereka mendapatkan bantuan dari umat Kristen Mesir yang lebih dikenal
dengan Qibthi. Pada tahun 1291 M pasukan Frederick III berhasil merebut Dimyat,
yang merupakan salah satu provinsi di negara Mesir. Ketika raja al-Malik
al-Kamil dari dinasti ayyubiyah membuat
perjanjian dengan raja Frederick untuk bersedia menyerahkan provinsi Dimyat dan
dari pihak Danasti Ayyubiyah akan menyerahkan Palestina, Frederick menjamin
keselamatan muslim disana, namun dalam peperangan berikutnya Palestina direbut
kembali oleh pasukan Islam pada tahun 1247 M, pada masa al-Malik as-Shalih
ketika Mesir dikuasai oleh dinasti Mamalik, pimpinan perang dipegang oleh
Baybars dan qowalun yang pada akhirnya berhasil menguasai Akka pada tahun 1291
M[16]. sehingga pada periode ini jelaskan kekalahan
umat Kristen.
4.
Pengaruh
Perang Salib Terhadap Eropa
Meskipun pihak Kristen eropa mengalami kekalahan dalam perang salib,
namun mereka telah mendapatkan hikmah dan nilai-nilai positif dari semua kejadian
ini dengan harga yang tidak ternilai, bahkan dengan adanya perang inilah cara
berfikir dan corak pandang orang-orang Eropa menjadi maju, karena mereka dapat
berkenalan langsung dengan kebudayaan Islam dan peradaban-peradaban yang sudah
maju yang telah dimiliki oleh umat Islam itu sendiri, sebagai contoh yang
diceritakan didalam buku Ensiklopedi Islam dalam kebudayaan dibidang militer
didunia barat belum begitu mengenal tentang persenjataan dan teknis dalam
peperangan, seperti :
a. Penggunaan bahan peledak
b. Penembakan peluru
c. Pertarungan senjata sambil menunggang kuda,
d. Teknis pengiriman informasi melalui burung merpati
dalam hal-hal kepentingan militer
e. Penggunaan alat-alat rebana dalam memberikan support
atau dukungan kepada para pejuang militer di medan perang.
Dibidang
Perindustrian seperti :
a. Mereka mendapatkan pengalaman dalam hal penenunan
kain tenun sekaligus peralatan dari dunia timur
b. Penemuan berbagai jenis farfum dengan getah arab
yang dapat mengahrumkan ruangan[17]
Dibidang
pertanian dan perniagaan seperti :
a. Model irigasi yang praktis
b. Jenis tumbuh-tumbuhan yang buahnya bermacam ragam
c. Penemuan Gula
d. Penggunaan mata uang dalam jual beli ang sebelumnya
menggunakan sistem barter
Dalam ilmu astronomi yang dikembangkan oleh kaum muslimin sejak abad ke-9
telah memberikan pengaruh dalam observasi didunia barat, selain itu, mereka
juga telah meniru corak dan model rumah sakit dan tempat-tempat pemandian yang
ada di kota-kota Islam[18].
Disisi lain dari pengaruh perang salib terhadap umat Kristen, meskipun
mereka tidak berhasil mendapatkan misi-misi untuk menguasai Baitul Maqdis di
Palestina, namun mereka juga memperoleh kegemilangan dari segi internal mereka,
diantaranya dengan adanya perang salib membuat bangsa Eropa bersatu[19].
5.
Kesimpulan
Sebagai kesimpulan dalam pembahasan kita dalam makalah kali ini penyaji
mengutip firman Allah Ta’ala QS. 2:120
ولن ترضى عنك اليهود ولا
النصرى حتى تتبع ملتهم.....
“orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah
senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka”.
Semoga
dengan mengacu kepada ayat diatas kita kaum muslimin lebih waspada lagi dengan
cara dan godaan aqidah dari kaum yang tidak senang dengan Islam.
[1] Abu Su’ud, ISLAMOLOGI,
sejarah, ajaran, dan peranannya dalam peradaban umat Islam, (Jakarta:
Rineka Putra, 2003), Cet.1, h.99-100
[2] Ajid Tohir, Perkembangan
peradaban di kawasan dunia Islam, melacak akar-akar sejarah, sosial, politik
dan budaya Islam, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004), h.33
[6] Hatim Ali, صلاح الدين الأيوبى افلام, (Dimasq, t.t, t.tp), Episode.30, lihat juga
www.gamalweb.8m.com
[9] Philip K.Hitti, The
Arabs A Short History, Terjemahan. Ushuluddin Hutagalung, Dunia Arab, sejarah
ringkas, (Bandung: Sumur Bandung, tt), h. 291
[11] Dudunk Abdurrahman, Sejarah
Peradaban Islam dari masa klasik hingga masa Modrn, (Yogyakarta:Pesti
2004), h.115
[13] Badri Hatim, Sejarah
peradaban Islam, dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2002), h.76
[17] Ensiklopedi Islam, Ed.
Dewan Ensiklopedi Redaksi Ensiklopedi Islam, (Jakarta: ichtiar Baru Van Hoeve,
1994), h.243
[19] Abdul Aziz Sulaiman
Nawwar, Mahmud Muhammad Jamaluddin, التاريخ اللأوربى الحديث. (Beirut:داؤ الفكر العربى,
1999), 275
Eeeee
BalasHapusSippp boz postingan yg brguna...
BalasHapus